Kamis, 05 Januari 2012

katakanlah kau sebatang ilalang dan aku bunga rumput liar

satu batang ilalang tinggi menjulang
di padang asmara yang membentang
pesonanya membuai seisi padang
*
satu bunga rumput liar yang berseri
tumbuh dekat sebatang ilalang tadi
penuh gejolak dalam hati
*
sebatang ilalang tak mampu menyentuh bunga rumput liar
karena haruslah rebah patah dia di tanah
bunga rumput liar tak kuasa membelai sebatang ilalang
karena tinggi menjulang dia disana
*
namun bayang-bayang sebatang ilalang meneduhkan bunga rumput liar
melindunginya dari hujan mengoyak
menghangatkannya dari angin berontak
*
katakanlah kau sebatang ilalang dan aku bunga rumput liar
maka sang surya adalah cinta kita
yang senantiasa menyapa hangat di hati
memampukan bayang-bayang kita saling memeluk
*
katakanlah kau sebatang ilalang dan aku bunga rumput liar
maka waktu adalah perantara kita
berharap dia berhenti sejenak
membiarkan kita bersatu dalam dimensinya
*
katakanlah kau sebatang ilalang dan aku bunga rumput liar
maka malam adalah telaga
yang menampung segala rindu
dalam riak-riak tenangnya
*
katakanlah kau sebatang ilalang
maka teruslah memeluk bayangku
yang senantiasa merindumu
*
katakanlah aku bunga rumput liar
maka ingin kubisikan bahwa aku mencintai
keteduhan sekaligus kehangatanmu

_deasy maria_

Senin, 26 Desember 2011

Di manakah masa depan kita?

Ketika batang terakhir yang masih tertinggal... dan manakala tetesan terakhir yang masih tersisa..., kita baru menyadari bahwa uang bukan segalanya bagi kehidupan kita. Jika itu yang terjadi: sungguh sangat dramatis! Lalu, di manakah masa depan kita...?

Sabtu, 10 Desember 2011

Surat dari Ibu dan Ayah

surat dari ibu dan ayah... Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh....:)
بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ
~ Surat dari Ayah & Ibu ~
... Anakku, Ketika aku semakin tua aku berharap kamu memahami,
& memiliki kesabaran untukku
Suatu ketika aku memecahkan piring.. atau menumpahkan sup di atas meja,
karena penglihatanku berkurang
Aku harap, kamu tidak memarahiku
Orang tua itu sensitif selalu merasa bersalah saat kamu berteriak
Ketika pendengaranku semakin memburuk dan aku tidak bisa mendengar apa yang kamu katakan
Aku harap kamu tidak memanggilku "Tuli!"
Mohon ulangi apa yang kamu katakan atau menuliskannya
Maaf, Anakku Aku semakin tua
Ketika lututku mulai lemah, aku harap kamu memiliki kesabaran untuk membantu ku bangun
Seperti bagaimana aku selalu membantu kamu saat kamu masih kecil, untuk belajar berjalan
Aku mohon, jangan bosan dengan ku
Ketika aku terus mengulangi apa yg ku katakan, seperti kaset rusak
Aku harap kamu terus mendengarkan aku
Tolong jgn mengejekku, atau bosan mendengarkanku
Apakah kamu ingat ketika kamu masih kecil & kamu ingin sebuah balon?
Kamu mengulangi apa yang kamu mau berulang ~ ulang,
sampai kamu mendapatkan apa yang kamu inginkan
Maafkan juga bauku Tercium seperti orang yg sudah tua
Aku mohon jgn memaksaku untuk mandi..
Tubuhku lemah.... Orang tua mudah sakit krna mereka rentan terhadap dingin
Aku harap, aku tidak terlihat kotor bagimu,
Apakah kamu ingat, ketika kamu masih kecil?
Aku selalu mengejar-ngejar kamu.. Krna Kamu tidak ingin mandi.....
Aku harap kamu bisa bersabar dgn ku, ketika aku selalu rewel
Ini semua bagian dari menjadi tua, kamu akan mengerti ketika kamu tua
Dan jika kamu memiliki waktu luang, aku harap kita bisa berbicara
Bahkan untuk beberapa menit
Aku selalu sendiri sepanjang waktu dan tdk memiliki seseorang pun untuk di ajak bicara
Aku tahu kamu sibuk dgn pekerjaan
Bahkan jika kamu tidak tertarik pada cerita ku,
Aku mohon berikan aku waktu untuk bersamamu
Apakah kamu ingat, ketika kamu masih kecil?
Aku selalu mendengarkan apapun yang kamu ceritakan tentang mainanmu
Ketika Saatnya tiba.. dan aku hanya bisa terbaring sakit & sakit
Aku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawatku,
Maaf.... kalau aku sengaja mengompol atau membuat berantakan
Aku harap kamu memiliki kesabaran untuk merawatku,
selama beberapa saat terakhir dalam hidupku.
Aku mungkin, tidak akan bertahan lebih lama
Ketika waktu kematian ku datang
Aku harap kamu memegang tanganku dan memberikanku kekuatan untuk menghadapi kematian
Janganlah sedih pada saat itu anakku
Kematian bukan hal yang menyakitkan
Dan kamu belum tahu rasa kematian seperti apa
Jika setelah itu kamu membuka lemari
Dan menemui bekas baju-bajuku.... Simpanlah....
Karna aku ingin kamu terus mengingatku..
Dan jgn khawatir.. Ketika aku bertemu dengan Sang Pencipta.
... aku akan berbisik padaNya... untuk selalu memberikan BERKAH padamu...
Karna kamu mencintai, Ibu dan Ayahmu.....
Terima kasih atas segala perhatianmu, nak Kami Mencintai Mu.....dgn kasih yg berlimpah.....:)

Jumat, 28 Oktober 2011

Ada Apa Dengan Pensil?

YUK KITA BACA >>>

Seorang anak bertanya kepada neneknya yang sedang menulis sebuah surat.

“Nenek lagi menulis tentang pengalaman kita ya? atau tentang aku?”

Mendengar pertanyaan si cucu, sang nenek berhenti menulis dan berkata kepada cucunya,

“Sebenarnya nenek sedang menulis tentang kamu, tapi ada yang lebih penting dari isi tulisan ini yaitu pensil yang nenek pakai. Nenek harap kamu bakal seperti pensil ini ketika kamu besar nanti”, ujar si nenek lagi.Mendengar jawaban ini, si cucu kemudian melihat pensilnya dan bertanya kembali kepada si nenek ketika dia melihat tidak ada yang istimewa dari pensil yang nenek pakai.

“Tapi nek, sepertinya pensil itu sama saja dengan pensil yang lainnya”, Ujar si cucu.

Si nenek kemudian menjawab,

“Itu semua tergantung bagaimana kamu melihat pensil ini. Pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup, kalau kamu selalu memegang prinsip-prinsip itu di dalam hidup ini”,

Si nenek kemudian menjelaskan 5 kualitas dari sebuah pensil.

pertama:

pensil mengingatkan kamu kalau kamu bisa berbuat hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kamu jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkah kamu dalam hidup ini. Kita menyebutnya Allah, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya”.

kedua:

dalam proses menulis, nenek kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil nenek. Rautan ini pasti akan membuat si pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, si pensil akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga dengan kamu, dalam hidup ini kamu harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik”.

ketiga:

pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar”.

keempat:

bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu”.

kelima:

sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan…
Seperti juga kamu, kamu harus sadar kalau apapun yang kamu perbuat dalam hidup ini akan tinggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan”

Minggu, 10 Juli 2011

Nanjak bareng Gunung Ciremai

Nanjak bareng gunung ciremai, asik juga ya... Tanggal 13 Mei 2011 hari Jum'at tim pendakian gunung ciremai berjumlah 5 orang, saya iqbal bacok, mustofa, ceuceu, memen dan anggi berangkat dari Bogor pukul 19.00 setelah upacara pelepasan tim pendakian. Pukul 22.00 kami sampai di terminal Kampung Rambutan Jakarta, menunggu 2 jam, akhirnya dapat rejeki naik bus Setia Negara menuju Kuningan. 6 Jam kita sampai di kabupaten Kuningan Jawa Barat. Jam 6 pagi di Kuningan, segar sekali rasanya. Aktivitas manusia belum ramai, udara masih sejuk... ehmmm enaknya.... Eh.. eh.. kita ketemu pendaki lain nih. So, kita berangkat bareng, nyarter angkot and dianterin sampe pintu pendakian. Asik banget suasananya, masih asli pedesaan, banyak sapi, banyak anjing, banyak sayuran seger... This is it!!! Kita siap2 nih, di masjid yang ada di kampung ntu, menyantap makanan yang kita udeh siapin dari Bogor, terus mulai nanjak menuju puncak ciremai, bismillah... Asik banget, lewat perkebunan warga and hutan pinus. Nih pos-pos yang kita lewatin buat sampe ke puncak:



jadi, kita lewat jalur pendakian Palutungan. Belum nyampe pos pertama, eh kita udah nyasar, cape banget brai nyasarnya, mental kita sempet down, soalnya ga ada satupun dari kita yang pernah kesini, hehe (untung bawa peta :p). Kita lanjut setelah nemuin jalan yang benar, hehe. akhirnya sampe di pos Cigowong, pos dimana kita bisa akses air sebanyak-banyaknya, air yang kita ambil disini harus cukup sampe kita turun lagi, ekstrim brai... Lanjut jalan lah kita, dan kemaleman di pos Pangguyangan
Badak, nge-camp deh kita di ntu pos. Diriin camp, bersih2, sholat, makan and tidur ena'...... banget. Paginya udah rapih semua, kita nanjak lagi. Medan yang kita lewati, makin berat... beuu, semua dari kaki sampe ujung kepala udah kerasa nyut-nyutan. Udah lewat pos tanjakan Asoy menuju pos Pasanggrahan hujan lebat turun, bikin tenda darurat dan stay dulu lah kita di lapak yang muat sama kita. Udah reda, lanjut lagi meskipun tak sanggup rasanya kaki ini melangkah lagi (beneran, ini ga lebay T_T). Seharian jalan, baru kita nyampe pos gua Walet, 100 meter menuju puncak. Dengan berbagai pertimbangan, akhirnya kita nge-camp lagi di pos Gua Walet, kedinginan... kita udah ga sanggup jalan... dingin, kita udah sejajar, malah lebih tinggi dari awan, maklum 100 meter menuju puncak dari Jawa Barat (kerennya: The Top of West Java). Kirain cuman nama doang "Gua Walet", ternyata bener ada gua gede banget. Tenaga habis, udah males ngapa2in, pengennya makan n langsung tidur T_T. Singkat cerita tidurlah kita, tenda serasa makin sempit (ga tahu dah kenapa?) Kesedihan mendalam, ane tidur ga pake sleeping bag, dinginn bangeettt, tangan n kaki udah ga bisa gerak. Bangun2 woi... sholat subuh dulu, terus beres2, terakhir makan n berangkat deh (kisah boker di gunung tanpa air tidak diceritakan). Walaupun tinggal 100 meter medannya bro, hampir 90 derajat sudutnya... sedikit2 tapi pasti... akhirnya ALLAAHUAKBAR!! SAMPAI DI PUNCAK CIREMAI!!!!! kawahnya gede banget... Subhanallah kita nangis bersama disana sejenak merenungi ciptaan Allah SWT... tak bisa diungkapkan dengan kata2, garis pantai Laut Jawa sangat jelas terlihat, panorama laut Jawa dari puncak Ciremai... subhanallah... Segala puji bagi Allah Sang Maha Pencipta.
Buat brotha n sistha yang mau coba tafakur n tadzabur alam ke Gunung Ciremai silahkan dicoba, recomended banget loch....

"Keheningan adalah nyanyian jiwa yang tak bertara..."
Iqbal N Arafat


NB: buat cerita turun gunungnya bersambung ya,,,hwhw

Jumat, 11 Februari 2011

Miracle of 'sirsak'

Buah sirsak rasanya enak, lembut, warna putihnya seringkali membuat kita ngiler. Tahukah apa yang ada di balik sirsak? Ternyata pohon sirsak saat ini dan sejak lama sudah diteliti oleh para ilmuwan mengandung zat yang sangat berguna bagi kesehatan. Bagaimana tidak, dari buah, batang sampai daun semuanya berguna. Ilmuwan dari Amerika sengaja mengambil sampel sirsak dari Garut, Jawa Barat untuk diteliti di negaranya. Hasilnya menakjubkan! Pohon sirsak mengandung zat untuk mengobati kanker (ex: kanker serviks) dan banyak penyakit lainnya. Subhanallah... Orang luar berbondong-bondong mencari bibit sirsak, dan berusaha keras mengembangbiakan di negaranya masing2 untuk kemajuan negaranya, mengapa kita yang kaya akan macam2 jenis sirsak tidak menggunakannya? ditambah lagi dengan cara pengolahannya yang mudah. Yuk kita pelajari dan lestarikan, selain bisa membantu saudara2 kita yang sakit juga membantu penghijauan bumi, yuk kita coba sama-sama...
untuk selengkapnya lihat majalah Trubus edisi januari 2011, lengkap banget...
Semoga bermanfaat...^^

Points to Ponder

George Eliot:
Any coward can fight a battle when sure of winning, but give me the man who has pluck to fight when he's sure of losing. That's my way, sir: and ther are many victories worse than a defeat.

Laura Lee Kirchner:
a reporter called on a rich farmer to learn how he had become so wealthy. "It's a long story." said the farmer. "While I'm telling it, we might as well save the candle." Whereupon he blew out their only light.
"You needn't go on." said the reporter. "I think I understand."
-Lousville courier- Journal & Times magazine